Kamis, 11 Mei 2017

Helga Nirwani By Kumparan



Helga mahasiswi RI di Rusia

Helga Nirwani  sudah setahun lebih berada di Moskow, Rusia, untuk menimba ilmu. Perjuangannya masih panjang, sekitar lima tahun lagi, sampai akhirnya bisa lulus dan melanjutkan pendidikan.

kumparan (kumparan.com) bertemu Helga di sebuah restoran Jepang di Moskow. Kala itu, dia sedang mendampingi Fauzi Nasution, seorang dokter asal Medan, Sumatera Utara, yang sedang beraktivitas di Rusia.

Helga adalah penerima beasiswa dari pemerintah Rusia untuk berkuliah S-1 jurusan arsitektur di Moscow State University of Civil Engineering. Helga mengaku sebagai satu-satunya mahasiswa Indonesia di kampus tersebut. IPK terakhirnya adalah 5, nilai sempurna di sana.

Gadis pintar itu lulus seleksi dari kampung halamannya di Medan, Sumatera Utara. Awalnya, dia sempat hendak memilih jurusan Teknik Sipil, namun karena kuota jurusan itu sudah habis, Helga akhirnya memilih arsitektur.

Menurut Helga, setiap mahasiswa yang hendak berkuliah di Rusia harus menjalani proses pendidikan awal bahasa Rusia selama setahun. Ada opsi belajar di Indonesia atau langsung di Rusia, Helga memilih yang kedua. Hingga akhirnya, berangkatlah Helga yang baru saja lulus SMA dan belia itu ke ‘Negeri Beruang’.

“Awalnya sulit sekali belajar bahasa Rusia, tapi setelah dijalani setahun lebih akhirnya bisa juga. Kata orang bahasa Rusia saya sudah ada logatnya, bukan kaya orang Indonesia,” ucapnya.

Bukan klaim belaka, Helga memang cas cis cus berbahasa Rusia. Saat di restoran, dia mengatur mulai dari pemesanan sampai pemilihan menu makanan. Dia juga sudah tak sungkan lagi ketika berdebat dengan pelayan atau orang Rusia.

Menjalani pendidikan di Moskow, bukanlah sesuatu yang mudah. Apalagi Helga punya beban berat: mendapat beasiswa dari pemerintah Rusia. Dia harus menyelesaikan kuliah dalam batas waktu yang sudah ditentukan. Sementara kampus tempat Helga belajar juga menerapkan aturan sangat ketat.

“Kalau kita ketinggalan satu mata kuliah atau gagal satu aja, bisa langsung DO. Di Indonesia kan bisa ngulang, di sini main DO aja,” cerita Helga.

Cerita menarik saat Helga mencari klub olahraga sebagai syarat mata kuliah. Dia sempat tidak diterima di berbagai klub olahraga kampus karena masalah penampilan. Padahal Helga mengaku untuk urusan olahraga prestasinya tidak jelek-jelek amat, terutama renang. Namun entah kenapa dia cukup sulit diterima. Sampai akhirnya Helga mengikuti klub olahraga yang ditujukan bagi orang-orang berkebutuhan khusus.

“Habis nggak ada yang mau nerima. Akhirnya saya masuk ke situ. Olahraganya jalan kaki di sekitar kampus,” ceritanya.

Urusan biaya hidup, Helga mengaku sebagian besar masih mengandalkan dari orang tua. Walau mendapat dana dari pemerintah Rusia, Helga menyebut jumlahnya tidak cukup untuk biaya hidup di Moskow. Karena itu, dia bertekad sungguh-sungguh demi menghargai jerih payah orang tuanya.

Lika-lika hidup sebagai remaja juga dijalani Helga di Rusia. Dia tinggal di asrama bersama tiga orang yang datang dari berbagai belahan dunia berbeda. Ada yang dari Asia, Amerika Latin sampai kawasan Eropa Timur lainnya. Tak jarang, dia kerap kesal dengan rekan sekamarnya karena membawa pria atau melakukan tindakan terlarang.

“Pernah suatu hari saya marah mengeluarkan adat Batak saya karena mereka, akhirnya diem juga,” ucapnya sambil tertawa.

Helga juga kadang masih mendapat perlakuan kurang menyenangkan dari sebagian orang. Namun hal itu bukan jadi penghalang untuk terus maju dan melanjutkan pendidikan.

Gadis tangguh yang aktif di Perhimpunan Mahasiswa Indonesia di Rusia (Permira) itu bertekad untuk lulus dari Rusia secepatnya dan melanjutkan pendidikan S2 di negara lain. “Saya ingin mencari pengalaman baru, mungkin di Jerman atau Italia,” ceritanya.

Helga adalah salah satu dari ratusan mahasiswa Indonesia di Rusia. Berdasarkan data di situs Permira, ada 350 mahasiswa Indonesia yang tersebar di 31 kota di Rusia. Mereka juga ada 150 spesialis dan 2.500 alumni.

Sebagian mahasiswa Indonesia yang saat ini berkuliah di Rusia, datang dari Kalimantan Timur terkait program sponsorship untuk proyek rel kereta api.

Menurut Wakil Kepala Perwakilan Kedubes RI di Moskow Lasro Simbolon, Rusia dan Indonesia memang sedang meningkatkan kerjasama pendidikan. Banyak universitas baik yang bisa jadi pilihan mahasiswa Indonesia. Sebaliknya, sejumlah mahasiswa Rusia juga ada yang sekolah ke Indonesia.

Meski begitu, jumlah mahasiwa Indonesia masih tergolong sedikit. Bila dibandingkan dengan Malaysia, jumlah mahasiswanya mencapai 4.000 orang.


Sumber Kumparan.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar