Jumat, 26 Mei 2017

Prasaan yang masih sama


Perasaan ini semakin sulit untuk dipertanggungjawabkan. Terutama ketika kamu sering menghilang karena berbagai alasan. Kamu tidak slalu ada saat aku membutuhkanmu. Dan aku hanya bisa menunggu dan menatap ponsel dengan penuh harap kamu akan menghubungi untuk mengajakku bertemu. Aku menunggu lama sekali, mencerna segalanya.

Aku mengerti, aku tidak bisa menuntut segalanya. Namun salahkah jika aku ingin terus bersama mu? Mungkin ini gila, tapi tidak bertemu dengamu, dan memendam rinduku yang semakin membesar membuat sifat kekanak-kanakan ku lah yang membuatku buruk dalam memperlakukanmu.

Yang kamu rasakan selama ini tentu berbeda dengan yang aku rasakan. Kamu adalah prioritasku, sementara aku hanyalah si-nomor-sekianmu.  Betapa rumit menghadapi fakta bahwa kita tak sejalan.

Kamu tak akan mengerti seberapa dalam luka hati yang aku rasakan. Aku berhenti memperjuangkanmu bukan tak cinta lagi, namun tak slamanya ketulusan mau untuk dipermainkan. Setelah memintamu pergi, hari-hari yang kurasakan semakin sepi. Terlalu banyak kesesakan dan rasa bersalah menghantuiku.

Sebenarnya aku sendiri belumlah benar-benar siap belajar arti kehilangan. Melepaskan suatu hal, terkadang saat itu aku tidak benar-benar melupakan. Namun ada hal yang harus dilepaskan. Karena tidak semua bisa digenggam bersamaan. Apalagi menggenggam hati seseorang yang tak lagi bersedia ku miliki.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar