Minggu, 09 April 2017

Jawaban

"Lala. I love you" ucap Maan kepadaku. Ntah sudah berapa kali hari ini ia mengucap hal itu.

Aku tak menggubrisnya. Aku masih saja melanjutkan pekerjaanku. Untungnya aku bukanlah tipekal cewe yang baperan. Jadi kalo ada pria yang dengan mudahnya mengumbar gombalan aku hanya tersenyum tanpa mengubris hal itu. Bagiku mereka hanya bercanda.

"Boleh minta pin?" Tanya Maan saat aku sedang merapikan piring-piring.

"Aku tak ada pin." Jawabku apa adanya

"Jadi apa yang ada?"

"Adanya line."

"Minta lah." Katanya sambil memelas

"Eh. Percuma deh. Itu line pajangan aja. Kagak dimain." Jawabku sebagai alasan. Aku masih sibuk dengan pekerjaanku.

"Jadi apa dong? WA ada?" Tanyanya lagi

Aku mengerutkan dahiku menatapnya dan tersenyum. Kemudian kembali pada pekerjaanku

"Ada." Jawabku lagi. Aku sebeenarnya tidak suka diwawancarai.

"Berapa nomornya?" Tanyanya lagi sambil memandangku yang sedang bekerja. 

"Minta sama kak rini aja." Jawabku mengalihkan sasaran. Aku tahu jika dia meminta dengann kak Rini pastilah kak Rini tidak akan memberi tahu nomorku yang sebenarnya.

"Kamu ini kalo orang-orang yang masih berada didekatmu kamu berlaku baik. Tapi jika mereka sudah tidak bersamamu lagi, tidak bertemu lagi maka kau sudah tidak akan peduli."

Ha? Apa katanya? Kox dia bisa berkata seperti itu ya? Padahal dia baru lima kali bertemu denganku. Mengapa dengan begitu mudah ia bisa tau.

"Tau darimana?" Tanyaku penasaran. Kali ini ku alihkan pandangan untuk menatapnya menunggu jawabannya. Aku penasaran apa yang sebenarnya dia tau lagi tentangku.

"Dari wajah mu." Jawabnya mantap

"Ha? Dari wajah? Emang wajahku kenapa?" Tanyaku heran

"Ya. Dari wajahmu sih udah kelihatan seperti itu. Jika bertemu dengan orang siapa saja kamu akan berlaku baik. Tapi jika tidak bertemu kamu lagi kamu tidak akan peduli lagi. Tidak akan mau berkomunikasi lewat chat atau telpon. Karena kamu berpikir ah masih banyak hal lain yang penting. Masih banyak hal yang harus dikerjakan. Ya seperti itu la."

Aku mendengar jelas-jelas setiap kata yang Maan ucapkan padaku. Aku pun berpikir ulang tentang sifatku itu benar apa tidak.

Contohnya aja jika aku bekerja di PT Abdinegara. Tentu aku dan para karyawan di PT Abdinegara akan saling kenal satu sama lain. Karena setiap hari dipertemukan dan melakukan interaksi. Benar bukan? Dan kedekatan yang berlangsung dalam waktu yang tertentu akan menimbulkan prasaan kesaudaraan. Dan suatu hari akupun berhenti bekerja pada PT Abdinegara. Aku mulai bekerja di PT baru bernama PT Abdicinta. Maka bagiku sekarang hidupku akan dilalui bersama para karyawan PT Abdicinta. Aku sudah tidak peduli lagi dengan para teman teman sewaktu aku bekerja di PT Abdinegara. Ketika aku rindu aku akan menjadi stalker mereka. Hanya memandang sosmed mereka tanpa mau menghubungi ataupun membalas chat mereka. Itulah aku. Aku juga heran. Apa para pembaca sama sepertiku?

"Trus apa lagi yang kamu tahu tentangku? Tanyaku lagi.

"Lihat dulu sini telapak tanganmu."

"Ha? Beneran nih?" Tanyaku kaget tak menyangka. Akupun memperlihatkan telapak tanganku. Maan dengan gayanya seolah-olah sedang menerawang

"Akan sukses."

"Ya sebenarnya aku meramalkan aku kan sukses. Dulu juga ada yang bilang aku akan sukses. Tapi kapan aku kayanya? Udah 21thn ni masih susah aja."

"Ada satu dorongan yang akan membuat kau jadi sukses."



Udah ya para pemirsah. Lagi kagak mood nulis. BYE

Tidak ada komentar:

Posting Komentar