Rabu, 27 Desember 2017

Cerpen. Gendutmu bukan jaminan kau setia. Aku pergi.


Tian, cowo gendut yang terpaut 5 tahun dari usiaku. Awalnya aku tidak menggubris tawarannya yang ingin menjalani hubungan serius terhadapku. Aku dan dia setiap hari berpapasan karena kami memang bekerja pada satu kantor yang sama.

Beberapa bulan yang lalu ntah kenapa aku mengiyakan ajakannya untuk makan bakso berdua dipinggir kota.

"Udah punya pasangan?" Tanya Tian mencairkan suasana

Aku menunduk dan menggeleng tanpa menjawab sepatah katapun.

Jujur aku memang sedang mencari pasangan untuk diajak serius.

Obrolanpun berlanjut hingga malam hari. Kami saling bertukar nomor ponsel. Dan pulang menggunakan kendaraan masing-masing.

Sejak saat itu kami saling mengenal satu sama lain. Mulai dari masalalu dan keluarga.

Pada suatu hari Tian menyatakan cintanya padaku. Bukan untuk melamarku. Tapi hanya mengajakku berpacaran. Aku ragu akan hal ini. Karena aku tidak yakin pacaran akan berakhir dipelaminan. Akupun menolaknya. Berkali-kali dia berusaha meyakinkan aku bahwa dia menyayangiku dan ingin menjalin hubungan yang serius.

Aku wanita, bohong kalau aku tak luluh atas segala prilakunya terhadapku.  Saat itu aku berpikir cowo gendut seperti dia pasti akan sangat mencintai wanita cantik sepertiku. Akupun menerimanya sebagai kekasihku.

Aneh, begitu aneh. Setelah aku menerimanya semua perhatiannya terhadapku berbanding terbalik. Ketika aku telah membuka hatiku, ketika aku telah memantapkan inginku, dan merubah penampilanku untuknya. Dengan seketika dia sangat cuek terhadapku. Dia bagaikan orang asing seperti dahulu.

Hari-hariku lalui seperti sebelumnya, saat aku sebelum mengenalnya. Masih sama rasanya. Rasanya aku seperti tak memiliki kekasih. Pernah suatu ketika aku bertanya akan dibawa kemana hubungan ini, namun nyatanya jawabannya menyadarkan aku bahwa aku bukanlah pilihannya. Aku bingung, mengapa dia yang dulu bersikeras untuk bersamaku nyatanya seolah tak memilihku untuk hidupnya. Ya aku mengerti. Apakah semua laki-laki sepertu ini? Awalnya saja berjuang setengah mati. Namun setelah diterima malah diabaikan begitu saja.

"Eh si Tian dekat banget ya sama Sri, Indah, Isma dan semua cewe dikantor ini." Ucap Wiwik mendatangiku dan duduk di hadapanku.

Aku tak menjawab, aku lanjut menatap layar komputer menyelesaikan pekerjaan. Sakit rasanya jika harus menyadari fakta bahwa Tian dekat dengan semua wanita dikantor ini, sakit rasanya menyadari fakta bahwa dia tidak pernah mengakui bahwa aku adalah kekasihnya, sakit rasanya menyadari fakta bahwa aku hanya bisa diam menahan semua ini, seakan-akan semua baik-baik saja, seakan-akan tidak ada apa-apa antara aku dan dia.

"Mungkin Tian dekat hanya sebatas teman kantor aja." Elak ku

"Akh masak teman sampai elus-elus pipi gitu, tarik-tarikan tangan manja gitu, boncengan gitu. Apa nggak aneh?"

Ok fix, kali ini aku sudah diambang batas kesabaranku. Sedikit lagi, sedikit lagi. Aku bangkit dan mendatangi tempat kekasihku tersebut. Dan yeah, memang benar, mata kepalaku sendiri melihat dia sedang bermesraan dengan Sri. Aku tak menyalahi 1 pun wanita yang dekat dengannya, sungguh, yang aku sesalkan mengapa begitu bodohnya aku masih mempertahankan dia yang jelas-jelas tidak menghargaiku sedikitpun. Aku menatapnya tajam, namun ia bahkan bersikap seolah-olah aku tak ada dan masih bermesraan dihadapanku dengan wanita lain. Jujur aku ingin sekali memukulnya, menamparnya, agar dia bisa sedikit lebih mengerti kalau aku sedang marah. Namun ku urungkan niatku, aku kembali ke mejaku, duduk dan kembali menatap komputer. Diapun tak pernah sekalipun meminta maaf padaku.

Mulai saat kejadian itu aku tak pernah berhubungan lagi dengannya, semua kontaknya telah aku blokir, dan hatiku bukan lagi untuknya. Aku sadar, ternyata cowo jelek dan gendut sepertinya bukalah jaminan dia setia. Nyatanya dia yang gendut itu pernah mematahkan hatiku sepatah-patahnya, hingga membuatku tak bernapas, tapi itu adalah kisah dahulu.

Kini aku tak bekerja dikantor itu lagi. Aku mengajukam resign dan membuka usah kecil-kecilan hasil tabunganku selama ini. Aku bahagia atas hidupku tanpanya. Kedepannya aku akan lebih cerdas dan teliti dalam menerima siapapun dalam hatiku.

Note: Baca sambil dengarkan lagu ini


Tidak ada komentar:

Posting Komentar