Entah mengapa, setelah sekian lama kita tak bersama..
Tak bertatap, juga tak berjabat..
Tak berkata juga tak merasa..
Disitu nyatanya, rinduku masihlah utuh untukmu..

Tapi sungguh aku tak percayakan ini..
Adakah mungkin ini karena aku belum mampu melupakanmu?
Sepertinya, memang itulah yang benar adanya..

Jika saja ku mampu memutar waktu..
Hingga ku dapat mengulang masa itu...
Sungguh aku rindu, andai saja kau tau hal itu.
Namun aku memilih memendam rindu ini sendiri, tak berani tuk ungkapkan.
Karena ku tau aku bukanlah pilihan hatimu.

Gue lupa kapan terakhir kali ada yang perhatian sama gue. Gue lupa kapan terakhir kali gue chat seharian sama orang yang gue sayang. Gue lupa kapan terakhir kali gue malam mingguan bareng pacar. Gue lupa. Dan banyak banget ya gue lupa. Lama banget ya. Diumur segini gue pura-pura masabodoh aja cuy. Secara mantan gue udah sukses, udah punya rumah, ada yang udah nikah, punya pacar baru dan bahagia bareng selingkuhannya. Sedangkan gue? Masih gini-gini aja. Abok aja nggak ada, apalagi pacar. Dan nggak berniat buat pacaran lagi karena udah lelah. Gue pendem aja dan serahin segalanya sama Allah swt. Allah tau mana yang terbaik. Sekarang gue udah slow aja gitu apa-apa sendiri, mandiri. Semuanya apa-apa mintanya sama Allah, ngadunya ke Allah, curhatnya sama Allah dan biar Allah yang bereskan.

Andai rindu ini mampu untukku sampaikan, namun nyatanya aku hanya mampu memandangi deretan fotoku dengannya yang telah diabadikan dahulu yang hingga kini masih saja ku kenang.

Aku rindu, ya hanya itu. Ingin sekali diriku menghubunginya sekedar mendengarkan kabarnya atau kalo boleh jujur aku ingin sekali bertemu. Namun hal itu hanyalah angan saja. Nyatanya aku tak berani. Aku sadar dia telah merusak kepercayaan dan kesempatan yang telah ku hadiahkan dahulu. Dan bodohnya aku yang jelas-jelas telah dikhianati ini masih saja sering merinduinya. Ntah la, berat jua ku membawa lara hati.

Ku pandangi lagi jajaran foto kami. Tampak aku dan dia begitu mesra begitu bahagia, ya itu dulu. Dan sekarang yang tersisa hanyalah dia dan aku yang menjadi dua orang asing yang sekedar menyapa saja tidak.

Sungguh aku menyesalkan keasingan antara aku dan dia. Mengapa begini, mengapa semua berubah seperti ini. Semua tak lagi sama. Aku rindu tapi dia tak bisa lagi ku genggam. Apa perlu aku berdoa agar bisa bertemunya dalam mimpi? Akh betapa aku merinduinya, rindu sekali.