Minggu, 04 November 2018

Kuliah luar negeri

November 04, 2018 1 Comments
Gue masih ingat tulisan gue tahun lalu. Dimana kalo seandainya emang belum ketemu ama si jodoh. Maka tahun besok atau besok lagi mau nggak mau mesti fokus belajar lagi. Dan gue masih nggak lupa sama keinginan gue untuk kuliah luar negeri? Lo tau nggak alasan kenapa gue pengen kuliah luar negeri. Selain untuk menuntut ilmu dan gelar disana, mendapatkan pengalaman dan teman baru. Sebenarnya gue pengen dapat visa buat tinggal diluar negeri dengan visa pelajar namun gue juga bisa bekerja. Yups... bekerja selama belajar. Kenapa tidak. Bukankah itu adalah kesempatan yang nggak boleh disia-siakan? Bukan hanya pulang bawa gelar+ilmu tapi juga bawa tabungan hasil bekerja diluar negeri. Menyenangkan bukan? Hanya saja kendalanya adalah kemampuan bahasa inggrisku yang sangat jauh dari kata pantas. Untuk itu sebelum semuanya aku usahain, maka pertama yang wajib aku pikirkan adalah bagaimana aku bisa mengusai bahasa Inggris terlebih dahulu.

Jumat, 02 November 2018

Kamis, 01 November 2018

Bahagia

November 01, 2018 0 Comments

Gue nggak nemuin awal yang asyik buat nulis cerita ini. Pas gue ngelewatin kota dengan gemerlapnya lampu atau berwarnanya foto-foto di Instagram, ada kalanya gue pengen banget cepat punya uang terus ngebeli semuanya dan bahagia. Then gue nanya ke diri sendiri:
“Pengen bahagia aja, ngapain nunggu duit sih?“


Ada masanya kita menggantungkan kebahagiaan pada popularitas, pada uang, pada pujian dan hal-hal semu. Tapi di ujung perjalanan, kita bakal sadar kalo semua sangat semu.

sejatinya yang membuat kita bahagia adalah rasa syukur, ridho, ikhlas dan rasa cinta kita pada kebaikan. Uang, popularitas dan pujian hanya sumber daya yang bisa kita genggam sewaktu-waktu lalu bisa pergi sewaktu-waktu pula.
uang dan popularitas bisa melipatgandakan kebaikan jika diamanahkan pada hati yang baik. sementara pujian (kadang) bisa kita pakai buat mengukur respon orang lain atas hasil kerja kita. tapi ketiganya nggak bakal bisa ngebuat kita ngerasa utuh selagi kita menganggap ketiganya sebagai sumber kebahagiaan.  Yang ada, kita kejebak dalam hedonic treadmill.

Sorry kalo di sini agak nggelambyar. Ini sebenernya gue lupa, gue ngedraft buat ngomong apa, tapi pas gue baca awal-awalnya, kok gue ngerasa diingetin sama diri gue sendiri:

“biarlah apa yang ada di dunia ini tetap kita posisikan sebagai sumber daya untuk menunaikan tugas kita sebagai khalifah di muka bumi. Jangan sampai disimpan dalam hati sampai mengkontrol tindakan kita”

Kehitung dua tahun, gue nyoba baca buku-buku yang sebelumnya belom pernah gue baca. Gue nyoba tempat-tempat baru yang belom pernah gue kunjungi. Gue ngajak ngobrol orang-orang random yang bikin gue nanya ke diri gue sendiri:
“apa yang sebenernya gue cari?”

Kemarin, gue sempet ngobrol sama temen gue tentang target jangka panjang. Dan nyatanya, orang yang sering banget nulis cita-cita kayak gue, justru ga punya tujuan yang spesifik.

Balik lagi ke target sama ke pertanyaan apa yang lagi gue cari?
target gue cuma pengen lebih baik dari waktu ke waktu.


Gueditanyakapannyarijodohajajawabnyanyaridipaper. Yaa lagian ngapain dipikirin sih? Jalanin aja biar bisa menikmati hari ini.

Kadang kita menggantungkan kebahagiaan pada cita-cita yang masih terlalu jauh sehingga kita nggak bisa menikmati kebahagiaan hari ini dan nggak bisa meresapi nikmatnya dikelilingi oleh orang-orang yang kita sayang.

Gue percaya, kalau Allah mentakdirkan kita buat mendapatkan sesuatu, hati kita, sadar nggak sadar akan mengarahkan segala ikhtiar kita untuk menuju kesana. Dan kalaupun kita sempet belok-belok muter kemana-mana, kita bakalan balik ke sesuatu yang ditakdirin buat kita.

Jadi dari tulisan yang muter-muter ini,
gue sebenernya mau ngasih tau kalo popularitas, harta, pujian bukan sumber kebahagiaan yang sebenernya meskipun ga bisa dipungkiri kalo harta yang digunakan dengan tepat bisa bikin kita bahagia.
bahagia itu dari hati kita yang selalu ridho sama setiap takdir.
gue ngerasa, sumber ketidakbahagiaan kita itu salah satunya adalah karena kita ga bisa memaafkan keputusan-keputusan kita yang salah di masa lalu. Buat gue mah, yaudahlah…move on aja. Manusiawi kok kalo kita pernah salah memutuskan sesuatu. Better segera sembuhin dari dan jalan lagi. Kalau toh kita ditakdirin buat mencapai cita-cita kita, sejauh apapun nyasarnya kita akibat salah ngambil keputusan, kalo kita keep moving forward, kita bakal kembali ke jalan yang benar.

Dan kalopun kita ga ditakdirkan kesana, pasti ikhtiar kita bakal membuahkan hal lain yang sama indahnya. Nggak ada usaha yang dibiarin sia-sia. Allah yang mengatur takdir kita.

Jalan sama mantan SMA

November 01, 2018 0 Comments
Kamis, 1 November 2018

Jalan sama mantan SMA? So what? Jadi ceritanya hari ini ntah ketiban durian runtuh atau ketiban duit seratus ribu malah bisa jalan sama dia. Rio namanya. Bagi kamu para pembaca setia blog Miera Latte tentu tau siapa Rio ini karena aku pernah memceritakan kisah cintaku dengann Rio dipostingan terdahulu.

Aku dan Rio pernah berpacaran 5tahun silam dan berakhir karena perbedaan agama. Sebenarnya bukan salah agamanya sih, salah orangnya. Udah tau beda agama masi nekad menjalani hubungan. Ha-Ha. Kan ujung-ujungnya jadi bingung sendiri.

Kebetulan aku lagi cuti kerja, Rio pun lagi cuti kuliah. Karena sama-sama cuti, kamipun sepakat untuk jalan malam ini. Kami berhenti di penjualan bakso ditepi jalan. Sepanjang perjalanan dan makan itu, Rio tak habis kata bercerita sambil bersenda gurau denganku. Tingkahnya masih sama seperti aku pertama kali mengenalnya. Tidak ada prasaan lagi diantara kami. Tidak ada perbincangan yang mengungkit kisah silam. Tidak ada lagi mantan. Tapi adalah teman. Kami hanya saling bercerita tentang kegiatan kami sekarang. Rio bercerita bagaimana susahnya dia bekerja dikapal. Dan aku banyakkan menyimak ceritanya itu. Sesekali tawa kami pecah saat Rio mulai membuat lelucon. Ha-Ha. Dasar Rio.

Tidak banyak yang bisa aku ceritakan tentang pertemuanku malam ini dengan Rio. Dia masih sama dengan Rio dulu. Rio yang humoris, menyenangkan, dan tidak sombong yang akan menjalani wisuda tahun depan.